Jumat, 28 Agustus 2009

color of being seventeen

Hari yang begitu dinantikan.
Hari "baik".
Sekaligus hari kedewasaan. Bagi gue dan elo.
Pagi-pagi buta, sepasang merpati datang mendatangi, hendak mengantarkan surat yang tertuju untuknya.
"SELAMAT" 7 kata yang tertulis di sana.
Begitu senang dan bahagia karena mereka kembali dan membawa sepucuk surat balasan.
Sebuah ucapan terima kasih yang sempat membuat gue berbinar.
Ingin secepatnya hari terik untuk berbincang lebih lama.
Karena situasi tidak memungkinkan di pagi hari.

Tetapi "baik" tidak selalu "baik"
Bahkan saling berkontradiksi pada kenyataannya.
Itu yang gue alami.
Sebenarnya sudah berfirasat sejak lama. Ya. firasat sungguh buruk. Seperti bencana atau semacamnya.

Elo pergi meninggalkan surat terakhir, tanpa ucapkan selamat tinggal.
Mungkin tidak untuk selamanya, tapi mungkin juga iya.
Entahlah, Andai lo tau, begitu buruk bagi gue untuk membahas itu . Dan sungguh tak ingin dibayangkan.
Biar waktu yang menjawab. Entah harus berapa dekade untuk dapatkan jawaban pasti.

Gue hanya terdiam tapi tak mampu membendung tangisan.
Tak sengaja dan tanpa disadari, semuanya keluar perlahan.
Dan sulit berhenti.
Rasanya jiwa terkoyak habis dan impian hanya sekedar impian.
Tanpa bisa terwujud.

"One of tough best friend I've known is u."

Untaian kata dari seorang soulmate.
Tak terpikir,kata-kata itu justru membuat air semakin deras menuruni pipi.
Gue sungguh tak tahu bagaimana selanjutnya?
Terus-terusan terpuruk? Atau apa ada yang lebih baik daripada itu?
Yang gue tahu..
Saat ini ..
Gue dituntut untuk menyerah.
Gue diminta untuk bergerak maju dan bersyukur atas masa lalu yang pernah terukir indah.
Ya.. mencoba untuk lebih dewasa.

Gue hanya bisa meneriakkan ini dari kejauhan.
Tak mampu menatap bahkan berbicara.
Terima kasih atas dua ratus empat puluh hari bersama elo.
Dua ratus empat puluh hari sebagai teman sekaligus musuh.
Karena sekarang elo sudah terlampau jauh
Dan semuanya sudah tenggelam di lautan luas.

Dan kini..
Kelenjar lakrimal-pun sudah tak mampu berproduksi.
Air mata berevaporasi sampai terlalu gersang.
Sudah saatnya gue bangkit, karena tak bisa terlarut dalam keadaan bodoh seperti ini.
Terima kasih teman, atas pinjaman bahu,pelukan,dan kata-kata pembangkit semangat.
Gue janji takkan lagi menangis untuk hal bodoh, demi kalian.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda